Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

banner kanker diabet jantung autisme terapy tnj sejuta tnj solusi tnj solusi maria
Photobucket
Kesaksian Syakir STROKE bahkan 1/3 otaknya hilang Kesaksian AGIAN Tahitian Noni vs PENYAKIT JANTUNG dan HYPERTENSI GAGAL Ginjal dengan Tahitian Noni TNJ dan AUTISMEe STROKE Apa itu DETOKSOFIKASI ? Pre Menstrual Sindrome (PMS) Healing crisis Gastritis Shizophrenia

Tekanan Darah Tinggi atau Hypertensi



Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Pada pemeriksaan tekanan darah

akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".

Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

Klasifikasi



Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan. da n segala bentu ongol ongol

Pengaturan tekanan darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

• Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

• Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

• Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika:
• Aktivitas memompa jantung berkurang
• Arteri mengalami pelebaran
• Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

• Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
• Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
• Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:

• Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
• Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
• Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
• Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Mual
• Muntah
• Sesak nafas
• Gelisah
• Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Penyebab hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

Penyakit Ginjal
• Stenosis arteri renalis
• Pielonefritis
• Glomerulonefritis
• Tumor-tumor ginjal
• Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
• Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
• Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan Hormonal
• Hiperaldosteronisme
• Sindroma Cushing
• Feokromositoma
Obat-obatan
• Pil KB
• Kortikosteroid
• Siklosporin
• Eritropoietin
• Kokain
• Penyalahgunaan alkohol
• Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
Penyebab Lainnya
• Koartasio aorta
• Preeklamsi pada kehamilan
• Porfiria intermiten akut
• Keracunan timbal akut.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/

Tahitian Noni Juice mengandung zat yang disebut PROXERONINE yang merupakan bahan baku dari alkaloid XERONINE. PROXERONINE dalam Tahitian Noni Juice diserap oleh tubuh dan diolah menjadi XERONINE dengan menggunakan enzim PROXERONINASE dan SEROTONIN yang ada di dalam tubuh.

XERONINE merupakan alkaloid hidup yang akan diserap oleh sel-sel tubuh. XERONINE mengaktifkan kembali sel-sel yang mati sehingga proses respirasi dari sel kembali berjalan, nutrisi yang kita konsumsi akan diserap sempurna dan kotoran dari sel akan dikeluarkan dari tubuh sehingga sel-sel yang sakit akan disehatkan.

Tahitian Noni Juice akan menyeimbangkan atau menormalkan kembali fungsi tubuh.

XERONINE [sangat dibutuhkan tubuh] =

SEROTONIN [sudah ada di dalam tubuh] + PROXERONASE [sudah ada di dalam tubuh] + PROXERONINE [dalam Tahitian Noni Juice]

[Patent No 4,543,212 held by Dr Ralph Heinicke]

Mengarah pada hasil penelitian Dr. Ralph Heinicke, Xeronine membantu untuk memperbesar pori-pori dinding sel tubuh manusia yang memungkinkan nutrisi dapat masuk kedalam tubuh dengan lebih baik, mengeluarkan racun dalam sel, membantu regenerasi sel lebih cepat dan lebih baik.

Membaiknya kondisi sel tubuh secara keseluruhan memperbaiki kondisi organ tubuh & fungsi kekebalan/ perlawanan terhadap penyakit.

Maka dari itu sering ditemukan penanganan menggunakan Tahitian Noni Juice menyebabkan berhentinya ketergantungan terhadap obat (kimia).

Obat-obatan secara medis juga dapat 'bekerja sama' dengan Tahitian Noni Juice dalam menangani penyakit. Dalam hal ini, Tahitian Noni Juice memperbaiki sel, mempersiapkan sel-sel yang sehat untuk menyerap nutrisi. Karena obat sebaik apapun tanpa sel yang sehat, maka takkan terserap, dan sia-sia.

Tahitian Noni Juice tidak menyebabkan ketergantungan walau dikonsumsi dalam jangka panjang. Karena fungsinya hanya memperbaiki sel. Setelah dirasa cukup sehat, maka konsumsi dapat dikurangi atau seperlunya saja.

Takaran penggunaan Tahitian Noni Juice untuk Hypertensi adalah 30ml / 1 sloki x 3 sehari
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar